10.10.2008

Laskar Pelangi the movie

Setelah sehari sebelumnya gagal mendapatkan karcis akhirnya 30 Sept 2008 setelah datang lebih awal akupun mendapatkan juga tiket pemutaran film tersebut. Dengan 5 tiket ditangan kami sekeluarga dapat menyaksikan di tempat duduk berderat di bagian paling belakang.

Padahal sebelumnya ada keraguan ku mendengar isu Laskar pelangi akan di film kan karena mengingat novel yang ditulis ‘Ical’ begitu panjang dan sangat detail akan kah film itu juga akan sebagus novelnya. mungkin ini pula yang menjadi keraguan dipikiran semua pengemar ‘Laskar pelangi’ pikirku, namun setelah melihat acara ‘Kick Andy’ (lagi-lagi Kick Andy he..he…
) yang menampilkan tokoh-tokoh dan cerita tentang ‘laskar pelangi the movie’ aku menjadi sangat tertarik untuk melihat film besutan Riri Reza itu. Setelah diskusi dengan istri, akhirnya kami beritahu anak-anak maksud kami untuk mengajak mereka dan bukan main mereka bersorak girang karena diajak nonton bioskop. Jauh hari sebelum film dibuat sebelumnya, aku udah bercerita banyak tentang cerita laskar pelangi dan mereka malah ikut membaca novelnya. Horee…e….ee… teriak anak-anak kegirangan!

Apalagi tokoh-tokoh dalamm Laskar pelangi yang diperankan oleh anak-anak di sekitar ‘markas’ laskar pelangi yang notabone tidak memiliki kemampuan akting atau dengan kata lain mereka bukanlah kalangan artis yang pernah memerankan tokoh dalam film, plus dipadu oleh aktor-aktor yang sudah yang sudah tidak diragukan lagi aktinya itu. Hmm…menambah daya tarik untuk menyaksikannya.
Sepanjang pemutaran film suasana bioskop penuh dengan senyum, haru dan tawa melihat para tokoh laskar pelangi beraksi. Aku sangat tertarik tokoh Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) yang kurasakan seperti penjemaan hidup dari Novel itu sendiri.
‘Mahar’ yang dengan polosnya mendendangkan lagu ‘Bunga Seroja’ yang bagi orang Sumatera khususnya melayu, lagu ini sudah tidak asing lagi menambah kejutan lain dalam film yang tidak dapat dilukiskan dalam novel aslinya.

Diakhir cerita lamat-lamat terdengar suara sesegukan disamping ku dan
kulirik bangku disamping ternyata anak ku yg pertama dan yang kedua plus ditambah istriku mereka menangis melihat perpisahan lintang dengan anggota laskar pelangi. Tanpa kata yang terucap, hanya para laskar pelangi dan bu Muslimah berdiri mematung berderai airmata menyaksikan kepergian Lintang dengan sepedanya, hik! mengharukan. Aku pun turut hanyut dalam suasana duka.
Lintang adalah sosok anak dari kampung pesisir yang mempunyai keinginan kuat untuk belajar dan dialah murid yang pertama datang ke sekolah dan dengan kejeniusannya bisa mengharumkan sekolah ‘elit’ mereka. namun harus rela meninggalkan bangku sekolah lebih awal.
Kalau saja bisa berandai-andai, seandainya budaya malu ada pada semua orang, mungkin uang-uang Negara yang hilang sia-sia bisa membantu Lintang-lintang yang lain agar bisa mencapai cita-cita mereka. Bukankah Negara kita telah menjamin bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan seperti yang tertuang dalam UUD 45.
Aku hanya bisa berharap agar anak-anak ku dan anak yang lain kelak tidak mengalami hal seperti ini, amin!


No comments:

Post a Comment